gtag('config', 'G-79B5EEGJ1S');

RoswitaPL.com: Keamanan Pangan : Tugas Kita Bersama

Selasa, 01 Februari 2022

Keamanan Pangan : Tugas Kita Bersama

Keamanan Pangan : Tugas Kita Bersama

"Tidak ada ketahanan pangan tanpa keamanan pangan". Nampaknya hal yang disampaikan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) dan WHO (World Health Organization) pada Hari Keamanan Pangan Dunia tanggal 7 Juli 2021 lalu benar adanya.  Karena tidak dapat kita pungkiri kalau keamanan pangan adalah salah satu hal yang masih kita hadapi sebagai salah satu dari sekian banyak PR negeri ini. Minimnya informasi mengenai praktek keamanan pangan menjadi salah satu PR (pekerjaan rumah) bersama.  Salah satu kasus yang terjadi baru-baru ini mengenai keamanan pangan adalah tentang keracunan yang dialami oleh 30 siswa SDN 29 Gunung Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat. Diduga para siswa keracunan usai menyantap baso bakar di depan sekolah pada 11 Januari 2022 lalu.

Headline Berita Keracunan Makanan (Source : Kompas.com)
 

Dikutip dari portal berita kompas kalau siswa mengalami pusing dan mual usai menyantap baso bakar , dan segera dilarikan ke RSUD Rasidin.  "Ketahuannya setelah satu orang siswa merasa pusing dan mual. Awalnya dikira hanya pusing biasa, tapi ternyata ada beberapa siswa lain. Ada 30 orang," kata Wakil Kepala SDN 29 Sungai Sariak, Afrizal kepada Kompas.com . 


Keamanan Pangan MAsih Jadi Soal Utama


 

 

Kasus keracunan diatas merupakan satu dari sekian kasus yang pernah terjadi di Indonesia. Tentu masih segar di ingatan kita, bahwa kita pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2013 dan 2014. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan(BPOM) mengenai keamanan pangan yaitu 47 kasus keracunan pada 2014 dan 84 kasus di tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya angka keracunan makanan akibat buruknya pengolahan pangan. Tapi untungnya pemerintah merespon cepat kejadian ini sehingga pada tahun 2014 BPOM melakukan Gerakan Keamanan Pangan Desa. Gerakan Keamanan Pangan Desa/kelurahan (GKPD) merupakan aksi nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat desa dalam menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang aman sampai pada tingkat perseorangan, memperkuat ekonomi desa di 100 desa per tahunnya (Dilansir dari website BPOM Samarinda).

 

Kasus Keracunan Makanan Lainnya di 2022 (Source : Tribunnews.com)

Badan POM telah menginisiasi program ini sejak tahun 2014 dengan melakukan intervensi keamanan pangan kepada masyarakat (ibu rumah tangga, PKK, kelompok pemuda/karang taruna, dan komunitas sekolah (guru, anak sekolah/pramuka) dan Usaha Pangan Desa (ritel/warung/koperasi desa, industri rumah tangga pangan, pedagang kreatif lapangan, wisata kuliner dan pasar desa). Namun nampaknya hal ini masih belum dapat menghapuskan "buta keamanan pangan" di masyarakat. Jika masyarakat yang belum bisa baca dan tulis disebut "buta huruf". Maka menurut saya tidaklah salah jika orang-orang yang belum "terjamah" mengenai keamanan pangan disebut sebagai "buta keamanan pangan". Mengingat kita masih bisa melihat banyaknya pengusaha pangan , terutama penjaja kuliner -street food- atau jajanan pinggir jalanan yang masih buta keamanan pangan, padahal jajanan mereka justru digemari banyak orang. Karena selain rasanya enak juga harganya yang ramah di kantong. Namun sayangnya terkadang dari aspek kebersihannya kurang memadai. Belum lagi jika kita berbicara proses dapur/pengolahan.  Padahal makanan yang bersih lebih aman dikonsumsi oleh kita sebagai konsumen. 

Sebagai seorang muslim pun kita pun diperintahkah untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Maidah ayat 88 :

" Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya."

Jadi bukan hanya halal, tapi juga thayyib (baik). Baik disini adalah dari segi asalnya, cara mendapatkan, bahan, atau pembuatan/pengolahan. Jika ada yang belum saya sebutkan boleh dibantu jawab di kolom komentar ya 😊.



Hasil riset singkat, keamanan pangan



 

Saat saya menulis mengenai topik ini, saya sedang mempelajari kembali mengenai resiko dan bahaya dalam pangan. Saya sedang mengambil free online course di edx.org , mengenai Nutrition and Health : Food Safety dari Wageningen University. Dan baru-baru ini kami, para peserta course diminta untuk mewawancarai minimal 5 orang mengenai tanggapan mereka mengenai resiko yang mungkin ada di dalam pangan. Adapun pertanyaannya adalah  "Apa yang Anda anggap sebagai resiko dalam pangan?" , dan pilihan jawabannya yang akan kita bahas lebih lanjut disini adalah:

✅Chemicals 
✅Pesticides 
✅Toxic substances 
✅Food poisoning, bacteria (e.g. salmonella, listeria) 
✅Diet-related diseases (high cholesterol, cardiovascular problems, diabetes...) 
✅Fat 
✅Salt 
✅Sugar 
✅Obesity, overweight 
✅Lack of freshness, expiry dates 
✅Food additives, colouring, preservatives 
✅GMOs 
✅Traceability of the products, origin of the products 
✅Food is not natural, industrial/artificial 
✅Lack of hygiene, sanitary controls 
✅Poor food quality 
✅Cancer inducing chemicals 
✅Allergens 
✅Environmental contaminants 
✅Heavy metals 
✅Dioxins 
✅Products from heating/frying BBQ 
✅Natural toxins 
✅Food supplements 
✅Veterinary drugs 
✅Packaging materials/plastics 
✅New viruses and diseases (bird/swine flu/norovirus) 
✅Food fraud 

Dari hasil questioner didapat hasil 8 jawaban tertinggi dari keseluruhan jawaban responden sebagai berikut :


8 Jawaban Tertinggi dari Resiko dalam pangan
 

Dari hasil tersebut didapat 8 jawaban tertinggi dengan hasil survey tertinggi yaitu "Food Poisoning , bacteria (e.g. Salmonella, Listeria)" atau "Keracunan makanan, bakteri (misalnya Salmonella , Listeria". Jadi dapat diambil kesimpulan jika keracunan makanan masih jadi momok menakutkan bagi sebagian orang dari berbagai belahan dunia. Iya begitupun dengan saya, kekhawatiran "apakah makanan ini aman atau tidak dikonsumsi?" kini menjadi salah faktor pertimbangan dalam memilih suatu makanan, apalagi semenjak pandemi menyerang. Bukan lagi soal bahan baku dan proses pembuatan, tapi kini tempat dan penyaji makanan pun mendapatkan point tersendiri. Tempat bersih, makanan enak, tapi kalau penyaji tidak menggunakan masker dan sarung tangan di masa pandemi seperti ini, hmm... sepertinya saya akan lebih memilih masak sendiri untuk sementara waktu.😞

 


Aturan Standar Keamanan Pangan

 

Keracunan makanan bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti dari ketidaksegaran bahan baku, keberisihan pengolahan yang tidak terkendali, penyimpanan makanan yang tidak sesuai, dan lama penyajian. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor-faktor yang membuat makanan menjadi tidak aman di konsumsi. Tentunya ini menjadi PR besar banyak pihak. Pentingnya sosialisasi mengenai keamanan pangan kepada masyarakat terutama pengusaha kuliner (UMKM). Karena kalau restoran besar mereka ada standar lain seperti HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) yang berfungsi untuk mengidentifikasi risiko bahaya tertentu dan tindakan pengendaliannya untuk memastikan keamanan dari produk pangan yang diproduksi. Atau ISO 22000 yang membahas mengenai kemanan pangan. 

Namun hal ini mungkin tidak mungkin bila di terapkan kepada penjaja kuliner street food. Karena akan sangat memberatkan mereka. Jangankan menerapkan standar ISO/HACCP sekedar menggunakan masker dan sarung tangan selama pandemi ini saja masih sangat sulit diterapkan. Memang ada beberapa pedagang yang lebih aware dengan kebersihan dan kesehatan semenjak pandemi. Namun ada pula yang tetap cuek. Pembeli pun di masa seperti ini jika memiliki banyak pilihan mungkin akan memilih yang lebih "aman" baik dari segi kebersihan dan penyajian. Namun jika tidak ada banyak pilihan? Terpaksa memilih yang terjangkau , walau bisa juga menggunakan pemesanan makanan online. Ujung-ujungnya sebenarnya pedagang kecil yang dirugikan. Niat kerja untuk mencari rezeki , namun karena kurangnya akses informasi mengenai keamanan pangan malah jadi simalakama. Padahal sesuai dengan yang disampaikan oleh FAO dan WHO pada hari keamanan pangan kemarin "Makanan yang aman sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia".

Banyak hal yang terkait dengan keamanan pangan yang "dihiraukan" atau dianggap biasa bagi sebagian masyarakat. Seperti penggunaan pijer/borax pada pembuatan buras. KATANYA untuk membuat buras lebih kenyal dan tidak mudah basi. Penggunaan pewarna tekstil sebagai pewarna makanan. Dan bahan berbahaya lainnya yang tentunya jika diaplikasikan pada makanan dan terkonsumsi oleh manusia akan berdampak pada kesehatan. Contoh lainnya seperti penggunaan air yang tidak bersih dalam pengolahan makanan pun jadi satu resiko yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bahaya E.Coli atau bakteri patogen lainnya pada air yang tidak bersih dapat menyebabkan sakit perut , keram, mual , muntah, dan penyakit lainnya. Dan mengenai umur simpan makanan, setiap makanan memiliki umur simpannya atau yang biasa kita kenal dengan expired date atau bisa juga best before. Padahal mengkonsumsi makanan atau menggunakan bahan baku yang sudah expired juga berbahaya kesehatan si pengkonsumsi.

 

7 Point Penting Keamanan Pangan



Adapun 7 point penting dalam keamanan pangan yang disampaikan oleh FAO dan WHO pada hari keamanan pangan dunia kemarin adalah :

1. Tidak ada ketahanan pangan tanpa keamanan pangan
2. Makanan yang aman sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia
3. Berinvestasi dalam keamanan pangan hari ini akan menuai hasil di masa depan
4. Pendekatan 'One Health' meningkatkan keamanan pangan
5. Keamanan pangan didasarkan pada sains
6. FAO dan WHO mendukung upaya di seluruh dunia untuk menjaga keamanan pangan
7. Standar makanan Codex Alimentarius membantu melindungi kesehatan dan memfasilitasi perdagangan

Berdasarkan poin-poin tersebut keamanan pangan kini menjadi peran besar kita bersama. Tidak hanya peran pemerintah, justru ini menjadi PR bagi siapapun yang memiliki pemahan lebih mengenai kemanan pangan. Karena rantai keamanan pangan yang panjang mulai dari bahan baku hingga berakhir ke atas meja makan kita sebagai konsumen. Tentu peran ini memerlukan kerja keras banyak pihak, mari bekali diri kita dengan ilmu. Karena dengan berilmu akan membuat kita bisa banyak berbagi banyak hal ke sekitar kita. Saling mengingatkan cuci tangan sebelum makan atau mengingatkan penjual makanan sekitar kita untuk menggunakan masker, itu sudah memulai langkah yang bagus. Dimulai dari yang terkecil dapat berdampak ke yang lebih luas. Kalau bukan dari kita, dari siapa lagi?

 

Referensi, keamanan pangan

 

 

https://regional.kompas.com/read/2022/01/11/163720478/usai-makan-bakso-bakar-30-siswa-sd-di-padang-keracunan-makanan 

https://bbpom-samarinda.com/gerakan-keamanan-pangan-desa/ 

https://dpkp.jogjaprov.go.id/baca/SELAMAT+HARI+KEAMANAN+PANGAN+SEDUNIA+%287+JUNI+2021%29/070621/440fd6b0f76006633ef6c555d7e12ad9ea2e73d6c1e32963f36cc39ccb29db7d320

https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20200817/Laporan_Tahunan_2019_Pusat_Data_dan_Informasi_Obat_dan_Makanan.pdf

https://www.kompas.tv/article/217714/12-kasus-dugaan-keracunan-di-indonesia-sepanjang-tahun-2021

 https://www.tribunnews.com/regional/2022/01/22/63-warga-sodonghilir-kabupaten-tasikmalaya-keracunan-makanan-seorang-diantaranya-meninggal-dunia

"Ketahuannya setelah satu orang siswa merasa pusing dan mual. Awalnya dikira hanya pusing biasa, tapi ternyata ada beberapa siswa lain. Ada 30 orang," kata Wakil Kepala SDN 29 Sungai Sariak, Afrizal kepada Kompas.com,

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Usai Makan Bakso Bakar, 30 Siswa SD di Padang Keracunan Makanan", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2022/01/11/163720478/usai-makan-bakso-bakar-30-siswa-sd-di-padang-keracunan-makanan.
Penulis : Kontributor Padang, Perdana Putra
Editor : Gloria Setyvani Putri

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
30 siswa SDN 29 Gunung Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat diduga keracunan usai makan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Usai Makan Bakso Bakar, 30 Siswa SD di Padang Keracunan Makanan", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2022/01/11/163720478/usai-makan-bakso-bakar-30-siswa-sd-di-padang-keracunan-makanan.
Penulis : Kontributor Padang, Perdana Putra
Editor : Gloria Setyvani Putri

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L



*Tulisan ini sebagai salah satu tugas menulis OPINI dalam kelas Online Writing Class (OWC batch 4) yang dilaksanakan oleh The Jannah Institut*

 




5 komentar :

  1. Bismillah. Saya senang membaca tulisan ini. Saya merasa berada di ruang diskusi, membahas hal-hal penting yang mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia. Tapi dalam menghadapi "masalah besar" semacam ini, sejujurnya saya merasa suntuk dengan kalinat, "...tidak hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama...". Kalimat ini menurut saya justru berpotensi "mengambyarkan" suasana yang dibangun untuk menumbuhkan peran serta masyarakat atas topik bahasan. Menurut saya bagaimana pun pemerintah lah yang musti mengambil porsi tanggung jawab yang lebih besar terhadap masalah ini. Masyarakat hanya bisa "sekedar sadar" atau paham bahwa mereka mempunyai "kekuatan" juga untuk menjaga keluarga mereka dari bahaya keamanan pangan dengan "hal-hal kecil" seperti mulai dari diri sendiri untuk selektif atau bahkan bikin saja sendiri dari rumah. Tapi dalam suatu negara masyarakat atau keluarga tak bisa dibiarkan "head to head" dengan katakan, "produsen" majanan yg berbahaya. Karena makanan adalah masalah dasar kebutuhan hidup masyarakat/ warga negara. Makanan juga mempengaruhi ketahanan sebuah bangsa. Masalah keracunan yang disebabkan industri kecil sekelas UMKM/ pedagang kaki lima seoertinya lebih mudah "diselesaikan" dengan: jangan beli. Titik. Tapi ketika makanan itu berasal dari rantai industri besar, bisa dipastikan, masyarakat tidak akan berdaya. Berapa persen bahaya yang ditimbulkan oleh UMKM dibandingkan dengan yang diproduksi oleh industri besar apalagi sekelas perusahaan multi nasional yang hanya menyisakan bagian pasar yang secuil bagi pelaku UMKM?
    Itulah alasan saya mengatakan bagaimana pun peran pemerintah dalam hal ini sangat besar, tidak bisa "disamakan" dengan peran masyarakat sebagaimana tersirat dalam kalimat yang saya katakan memiliki daya ambyar tadi. Maaf, ya... Tulisan saya jelas panjang. Saya meminta maaf untuk ini. 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibuuuuuu.. makasih banyak masukannya... Aku memang lagi belajar nulis opini... masih ngasah sudut pandang makanya masih belum mantep nih kayaknya kerangka tulisannya... hehhe.. (ngeles aja wita) . Musti banyak belajar nih sama ibu... hatur nuhun pisan ya bu masukannya, happy banget aku tuh...^^

      Hapus
  2. padahal street food digemari masyarakat karena rasanya enak dan murah, harusnya makin banyak yang taat prokes yaa

    BalasHapus
  3. Aku baru tau soal kasus KLB yang keracunan ini sampai sebegitu parahnya. Memang kebutuhan pangan penting, dan semua harus berperan dalam hal ini. Semoga kita selalu sehat ya mba. Amin

    BalasHapus
  4. Tulisannya lengkap banget say, jadi belajar banyak dari artikelmu. Iya, keamanan pangan dan jajanan kita tuh belum terjamin ya berbeda dengan Singapura, street food pun harus mengantongi sertifikat keamanan dan kebersihan dagangan mereka..

    BalasHapus

Yuk Diskusi Disini...^^

Back to Top